Warna Jilbab yang Boleh Dipakai Akhwat ketika Keluar

Dengan Jilbab, Anti adalah Permata

Oleh : asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rohimahulloh

Pertanyaan :

Apakah ada warna jilbab tertentu yang harus dipakai wanita ketika keluar? Misalnya apakah harus memakai jilbab warna hitam dan penutup wajah, atau tidak ada warna tertentu yang wajib digunakan?

Jawaban :

Tidak ada warna jilbab tertentu yang wajib digunakan, tapi jilbab tersebut haruslah pakaian yang tidak menarik perhatian dan tidak menyebabkan fitnah. Jilbab haruslah pakaian yang secara adat kebiasaan tidak menarik perhatian dan menyebabkan fitnah bagi yang melihat para wanita itu. Karena Alloh jalla wa ‘alaa berfirman :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“dan tetaplah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian ber-tabarruj (berhias) sebagaimana ber-tabarrujnya para wanita jahiliah dahulu” (QS. Al-Ahzab: 33)

Para ulama berkata : tabarruj adalah menampakkan kecantikan dan perhiasan wanita. Maka pakaian yang merupakan adat kebiasaan yang berwarna hitam atau tidak, merah, biru, ataupun hijau jika itu adalah pakaian yang sudah biasa dan tidak ada perhiasan dan kecantikan yang menarik perhatian, maka inilah yang seharusnya. Demikian pula pakaian dalamannya juga haruslah tertutup, dengan jilbab atau aba’ah (jubah) dengan menutup wajah, kedua tangan dan kedua kaki sehingga ia jauh dari fitnah. Dan tidak mengapa jika jilbab itu di cadarnya ada bagian terbuka untuk melihat, sehingga ia bisa melihat jalan dengan jelas, atau cadar tersebut terbuka untuk sebelah mata atau kedua mata sehingga ia bisa melihat jalan, dengan menutup bagian yang lainnya.

Diterjemahkan dari : http://www.ibnbaz.org.sa/mat/18614

لون الجلباب الذي ترتديه المرأة عند خروجها

هل هناك لون معين يجب أن ترتديه المرأة عند خروجها، أي لا بد مثلاً أن ترتدي جلباباً أسوداً مع تغطية الوجه، أم ليس هناك لون معين يجب أن تتقيد به؟

ليس هناك لون معين يجب أن تتقيد به، إلا أنه يكون من الألبسة التي لا تلفت النظر ولا تسبب الفتنة، تكون ملابس عادية ليس فيها ما يلفت النظر ويسبب الفتنة بمن يراهن، لأن الله قال -جل وعلا-: وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى[الأحزاب: 33]، قال العلماء: التبرج: إظهار المحاسن والمفاتن من المرأة، فاللباس العادي أسود أو غير أسود، أحمر أو أزرق أو أخضر إذا كان لباساً عادياً ليس فيه زينة تلفت النظر، ولا جمال يلفت النظر، فهذا هو الذي ينبغي، وكذلك الملابس الداخلية تكون مستورة، بهذا الجلباب وبهذا العباءة مع ستر الوجه واليدين والقدمين حتى تكون بعيدة عن الفتنة، ولا مانع من أن يكون الجلباب يحصل مع يكون الخمار يكون معه نظر، لا بد من تمكنها من النظر حتى تعرف طريقها، أو تكون هناك عين واحدة مفتوحة، أو العينان حتى تعرف الطريق، مع ستر البقية.,

3 Tanggapan

  1. Assalamu’alaikum ukhti.
    Kalau setelan jubah, jilbab dan cadar dengan warna orens boleh gak ya? Tolong dijawab ya ukht, ana bener2 ingin tau.
    Jazakumulloh khoiron

    wa’alaikumussalam warohmatulloh
    Wallohu a’lam ukht, berdasar pendapat Syaikh di atas, jilbab tersebut haruslah pakaian yang tidak menarik perhatian dan tidak menyebabkan fitnah. Kalau menurut urf/adat di suatu tempat warna tersebut tidak menarik perhatian maka boleh dipakai, tapi kalau menurut urf/adat di suatu tempat warna tersebut menarik perhatian maka tidak boleh dipakai. Tapi untuk menghukumi menurut urf warna orens tersebut boleh apa enggak, ana tidak berani. Silahkan anti ke para ustadz seperti Ustadz Abdullah Roy, Ustadz Arifin Badri, Ustadz Dzulqarnain, dan Ustadz Salafy yang lain.
    Alhamdulillah sekarang banyak ustadz yang bersedia menjawab pertanyaan via internet.

  2. Trimakasih banyak ukhti. InsyaAlloh akan ana tanyakan ke ustadz. Jazakumullohu khoiron…

    Wa iyyaki…

  3. ass.wr.wb
    saya sudah memakai hijab.tapi sya, tidak memakai cadar.sebenarnya cadar itu kewajiban bagi muslimah apa tidak?.soalnya saya pernah diberi tahu kalau cadar itu diwajibkan buat istri nabi saja

    wa’alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh,

    Para ulama berbeda pendapat ttg hukum cadar bagi wanita muslimah, apakah wajib atau sunnah mustahab.

    Terus terang, untuk mentarjih masalah ini bukan perkara mudah, butuh penelitian yang dalam terutama dalam masalah penshohihan haditsnya karena akar perbedaannya ada dalam masalah ini, sehingga untuk bisa mentarjih dalam masalah ini kita perlu mempelajari mustholah hadits dulu.

    Jika belum mampu, silahkan memilih antara dua pendapat ini dengan mempelajari dalil2nya semempunya. Beberapa kitab yang bisa dibaca dalam masalah ini:
    – Jilbab al-Mar’ah Muslimah, ditulis oleh syaikh al-Albani (sudah diterjemahkan)
    – ar-Rodd al-Mufhim, ditulis oleh syaikh al-Albani (sudah diterjemahkan)
    – Risalah al-Hijab, ditulis oleh syaikh Ibnu Utsaimin (sudah diterjemahkan)
    – Tafsir Adhwa’ul Bayan, ditulis oleh syaikh asy-Syanqithi (sudah diterjemahkan)
    – Jami’ Ahkamin Nisaa’, ditulis oleh syaikh Musthofa al-Adawi (belum diterjemahkan)
    – al-Hijab, ditulis oleh syaikh Musthofa al-Adawi (belum diterjemahkan)
    – dll

    Barangsiapa yang menganggapnya sunnah saja, maka mengamalkan sunnah adalah keutamaan…

    Wallohu a’lam.

Tinggalkan komentar