Mengakhirkan Sholat Isya’ bagi Wanita

Oleh : asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rohimahulloh

malamPertanyaan :

Saya mendengar bahwa disunahkan bagi laki-laki untuk mengakhirkan sholat isya’. Apakah hal tersebut diperbolehkan bagi wanita?

Jawaban :

Alhamdulillah, semoga sholawat dan salam selalu tercurah kepada rosululloh, keluarganya,sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mendapat petunjuk dengan petunjuknya. Amma ba’du :

Telah tsabit dari Nabi shollallohu alaihi wa allam yang menunjukkan bahwa disunnahkan bagi laki-laki dan wanita untuk mengakhirkan sholat isya, karena nabi shollallohu alaihi wa sallam ketika mengakhirkannya pada suatu malam sampai sekitar sepertiga malam (yang awal), beliau bersabda :

إنه لوقتها لولا أن أشق على أمتي

“Sungguh ini adalah waktunya, jika aku tidak khawatir akan memberatkan ummatku”. (HR. Muslim, An-Nasa’i)

Jika mudah mengakhirkannya tanpa ada kesulitan, maka itulah yang afdhol. Seandainya penduduk kampung atau kumpulan orang yang sedang safar mengakhirkannya karena yang demikian itu lebih ringan bagi mereka pada sepertiga malam yang awal, maka tidak apa-apa (mengakhirkannya), bahkan itulah yang afdhol. Akan tetapi tidak boleh mengakhirkannya sampai melebihi petengahan malam. Akhir waktunya adalah pertengahan malam, yakni waktu sholat isya’ dibatasi waktunya sampai pertengahan malam, yaitu waktu pilihan. Sebagaimana dalam hadits Abdulloh bin Amr dari Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, beliau bersabda :

وقت العشاء إلى نصف الليل

‘Waktu isya’ adalah sampai pertengahan malam”.(HR Muslim dan Abu Daud)

Adapun jika mengakhirkannya terkadang memberatkan bagi sebagian orang, maka yang disyri’atkan adalah menyegerakannya. Dalam hal ini Jabir rodhiyallohu anhu mengatakan:

كان النبي صلى الله عليه وسلم في العشاء إذا رآهم اجتمعوا عجل، وإذا رآهم أبطئوا أخر

Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam ketika waktu isya’ jika melihat mereka (para shahabat) sudah berkumpul maka beliau menyegerakan, dan jika beliau melihat mereka terlambat maka beliau mengakkhirkan.(HR Bukhori dan Muslim)

Dan berkata Abu Barzah rodhiyallohu anhu:

كان النبي صلى الله عليه وسلم يستحب أن يؤخر العشاء

Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menyukai mengakhirkan sholat Isya’. (HR. Bukhori, An-Nasa’i, ibnu Majah, Ahmad,  Ibnu Abi Syaibah)

Kesimpulannya adalah mengakhirkan sholat isya’ adalah afdhol jika hal itu mudah tanpa ada kesulitan, akan tetapi tidak boleh mengakhirkannya melebihi pertengahan malam.

[Sumber : Majmu’ Fatawa Ibnu Baz Jilid 10]

السؤال :
سمعت أنه يستحب تأخير وقت صلاة العشاء للرجال فهل يجوز ذلك للنساء؟


الجواب :
الحمد لله، وصلى الله وسلم على رسول الله، وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه أما بعد:
فقد ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم ما يدل على أنه يستحب للرجال والنساء تأخير صلاة العشاء؛ لأنه عليه الصلاة والسلام لما أخرها ذات ليلة إلى نحو ثلث الليل قال: ((إنه لوقتها لولا أن أشق على أمتي))، *فإذا تيسر تأخيرها بدون مشقة فهو أفضل، فلو كان أهل القرية أو جماعة في السفر أخروها؛ لأنه أرفق بهم إلى ثلث الليل فلا بأس بذلك، بل هو أفضل، لكن لا يجوز تأخيرها إلى ما بعد نصف الليل، فالنهاية نصف الليل، يعني وقت العشاء يتحدد آخره بنصف الليل – أي الاختياري – كما في حديث عبد الله بن عمرو، عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ((وقت العشاء إلى نصف الليل))، أما إذا كان تأخيرها قد يشق على بعض الناس فإن المشروع تعجيلها؛ ولهذا قال جابر رضي الله عنه: (كان النبي صلى الله عليه وسلم في العشاء إذا رآهم اجتمعوا عجل، وإذا رآهم أبطئوا أخر)، وقال أبو برزة رضي الله عنه: (كان النبي صلى الله عليه وسلم lيستحب أن يؤخر العشاء)، فالخلاصة أن تأخيرها أفضل إذا تيسر ذلك بدون مشقة، ولكن لا يجوز تأخيرها إلى ما بعد نصف الليل.

6 Tanggapan

  1. Assalamualaikum,

    ana pernah dengar kata nya makruh kalo mengerjakan shalat isya’setelah tidur? mohon penjelasan nya

    Syukron.

    Wa’alaikumussalam warohmatulloh
    Sholat isya’ tetap wajib dikerjakan walaupun setelah tidur, jadi tidak makruh ukht..
    Yang makruh itu tidur sebelum sholat isya..
    Ana nukilkan dari asysyariah.com dari tulisan ustadz Abu Ishaq Muslim al-Atsari :
    Dibenci Tidur Sebelum Isya dan Berbincang Setelahnya
    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum isya dan berbincang-bincang setelahnya*. Dalam hal ini Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu berkata:
    كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ، وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيْثَ بَعْدَهَا
    “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyenangi mengakhirkan shalat isya. Dan beliau membenci tidur sebelum shalat isya dan berbincang -bincang setelahnya.” (HR. Ibnu Majah no. 701, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Ibni Majah)
    Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
    جَدَبَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّمَرَ بَعْدَ الْعِشَاءِ
    “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kami dari berbincang-bincang setelah isya.” (HR. Ahmad 1/388-389, 410, Ibnu Majah no. 703, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 2435)
    At- Tirmidzi rahimahullahu berkata, “Kebanyakan ahlul ilmi membenci tidur sebelum shalat isya dan ngobrol setelahnya. Sebagian mereka memberi keringanan dalam hal ini. Abdullah ibnul Mubarak rahimahullahu berkata, ‘Kebanyakan hadits menunjukkan makruhnya’.” (Sunan At-Tirmidzi, 1/110)
    Larangan tidur sebelum isya ini ditujukan kepada orang yang dengan sengaja melakukannya. Adapun orang yang tidak kuasa menahan kantuknya sehingga jatuh tertidur, maka diberikan pengecualian. Hal ini ditunjukkan dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas dalam pembahasan disenanginya mengakhirkan shalat isya, tentang tertidurnya para wanita dan anak-anak yang ikut menanti shalat isya berjamaah di masjid, sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari tidur mereka. (Fathul Bari, 2/66)
    Demikian pula hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
    أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شُغِلَ عَنْهَا لَيْلَةً، فَأَخَّرَهَا حَتَّى رَقَدْنَا فِي الْمَسْجِدِ ثُمَّ اسْتَيْقَظْنَا ثُمَّ رَقَدْنَا ثُمَّ اسْتَيْقَظْنَا ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ غَيْرُكُمْ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ لاَ يُبَالِي أَقَدَّمَهَا أَوْ أَخََّرَهَا، إِذَا كَانَ لاَ يَخْشَى أَنْ يَغْلِبَهَا النَّوْمُ عَنْ وَقْتِهَا وَكَانَ يَرْقُدُ قَبْلَهَا
    Suatu malam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersibukkan dari mengerjakan shalat isya di awal waktu, maka beliau mengakhirkannya hingga kami tertidur di masjid kemudian kami terbangun, lalu kami tidur lagi kemudian terbangun. Lalu keluarlah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui kami, kemudian beliau bersabda: “Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menanti shalat ini selain kalian.” Adalah Ibnu Umar tidak memedulikan apakah ia mendahulukan atau mengakhirkannya, apabila ia tidak khawatir tertidur pulas/nyenyak dari mengerjakannya pada waktunya. Adalah Ibnu Umar tidur sebelum shalat isya.” (HR. Al-Bukhari no. 570)
    Dalam riwayat Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari Ayyub, dari Nafi’, disebutkan bahwa terkadang Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma tertidur sebelum mengerjakan shalat isya dan beliau memerintahkan orang untuk membangunkannya. (Fathul Bari, 2/68)
    Ibnul ‘Arabi berkata, “Tidur sebelum shalat isya ini boleh bagi orang yang yakin bahwa ia biasanya terbangun sebelum habisnya waktu shalat isya atau bersamanya ada orang yang akan membangunkannya.” (Nailul Authar, 1/461)

    * Ada yang mengatakan bahwa hikmah pelarangan berbincang setelah shalat isya adalah agar jangan sampai hal itu menjadi sebab seseorang meninggalkan qiyamul lail (shalat malam), atau ia tenggelam dalam obrolan kemudian tertidur pulas setelahnya hingga habis waktu shalat subuh. (Al-Majmu’ 3/44, Fathul Bari, 2/66)

  2. Syukran Untuk Ilmunya, Afwan Ukhti, Iman copy dan Publish di facebook..
    ^__^16

  3. aku tidak tahu, puuuuuuuuuusiiiiiiing

  4. Wanita kalau diakhirkan, takut terjadinya haid, bagaimana hukumnya ?

    mengakhirkan sholat isya’ hanya keutamaan saja, tidak wajib, jadi tidak apa2..wallohu a’lam

  5. MAKsudnya mengakhiri solat isya’ apa?

Tinggalkan komentar